Sejak tahun 1997, lapisan es menyusut lebih tinggi tinggi dari 40 persen lalu hampir setengahnya tak menunjukkan tanda-tanda pemulihan. mengaitkannya dengan efek pemenasan global.
Para ilmuwan di area area Universitas Leeds, dalam studi yang tersebut terbit dalam jurnal Scientific Advances pada 12 Oktober, menghitung bahwa 67 ton es hilang pada dalam wilayah barat Antartika, sementara 59 ton bertambah pada wilayah timur antara 1997 hingga 2021.
Secara total, studi ini mengungkap ada “kerugian bersih” es Antartika, yang dimaksud berada dalam kutub selatan Bumi, sebesar 7,5 ton selama periode tersebut.
Peneliti menyebut air hangat pada sisi barat Antartika memproduksi es mencair. Sementara, dalam dalam bagian timur lapisan es tetap identik atau bertambah akibat suhu air di tempat area sana tambahan lanjut dingin.
Lapisan-lapisan es yang tersebut dimaksud berada di tempat dalam ujung gletser berfungsi untuk memperlambat laju alirannya ke laut. Ketika lapisan ini menyusut, gletser melepaskan lebih tinggi besar banyak air tawar ke laut sehingga dapat mengganggu arus selatan samudera.
Benjamin Davison, pakar observasi Bumi serta pemimpin studi hal itu mengatakan, “Ada beragam faktor tentang kerusakan lapisan es. Hal ini berkaitan dengan suhu laut kemudian arus laut dalam area sekitar Antartika.”
“Separuh [es] bagian barat terkena air hangat yang tersebut mana dapat dengan cepat mengikis lapisan es dari bawah, sedangkan sebagian besar Antartika bagian timur saat ini terlindungi dari air hangat dalam dalam dekatnya oleh lapisan air dingin dalam pantai,” ujarnya, dikutip dari The Guardian.
Para ilmuwan mengukur perubahan es dari tahun ke tahun menggunakan satelit yang mana digunakan dapat menembus lapisan tebal selama malam kutub yang digunakan panjang.
Mereka mengamati lebih besar tinggi dari 100 ribu gambar yang tersebut diambil dari luar angkasa untuk menganalisis kesehatan lapisan es yang dapat berdampak bagi seluruh dunia.
Hasilnya, diperkirakan 67 triliun ton air tawar dilepaskan ke laut selama periode 25 tahun juga mempengaruhi arus laut yang digunakan mengangkut panas serta juga nutrisi ke seluruh dunia.
Para ilmuwan percaya hilangnya es adalah akibat dari krisis iklim sebab akan ada lebih tinggi banyak banyak es yang mana tumbuh kembali jika hal ini merupakan bagian dari siklus alami.
“Kami memperkirakan sebagian besar lapisan es akan mengalami siklus penyusutan yang dimaksud mana cepat namun berumur pendek, kemudian tumbuh kembali secara perlahan,” ucap Davison.
“Sebaliknya, kami melihat hampir separuhnya menyusut tanpa ada tanda-tanda pemulihan.”
Bulan lalu, sebuah penelitian menemukan bahwa Antartika kemungkinan akan mengalami pemanasan hampir dua kali lipat dibandingkan wilayah lain pada area dunia, fenomena ini tambahan cepat dari perkiraan model krisis iklim.
Para ilmuwan dalam Perancis menganalisis 78 inti es Antartika untuk menciptakan kembali suhu 1.000 tahun yang mana lalu kemudian menemukan bahwa pemanasan dalam tempat seluruh benua berada di area tempat luar perkiraan perubahan alami.