Anak-anak pada pedalaman Papua, tepatnya di dalam tempat Taman Baca Nogba, Tolikara harus berjuang melawan sebagian rintangan dalam menuntut ilmu.
Mulai dari jarak tempuh sekolah yang digunakan digunakan sangat jauh, minimnya buku pelajaran kemudian juga alat tulis, hingga kurangnya tenaga pendidik. Selain itu, asupan gizi merek juga bukan tercukupi.
Anak-anak ini harus menembus lebatnya hutan belantara lalu melewati terjal serta curamnya pegunungan di area tempat sana.
Namun dengan berbekal semangat dari rumah, merekan tidaklah gentar menghadapi segala ancaman yang digunakan dimaksud mungkin terjadi selama perjalanan.
Refol Malimpu, salah orang guru menjelaskan bahwa sebagian anak-anak berasal dari kampung yang tersebut sangat jauh. Jika berjalan kaki diperlukan waktu yang dimaksud dimaksud lama sehingga merek menumpang tinggal dalam dalam rumah sekitar sekolah.
“Di dalam di lokasi ini merek menumpang tinggal dalam area rumah orang agar mampu jadi sekolah. Saya senang dengan semangat dia mau sekolah walau jauh. Hanya kadang kendalanya sebab tinggal di area area rumah orang jadi sering kali absen ke sekolah lantaran harus bantu tuan rumah berkebun,” ujar Refol kepada tim berbuatbaik.id.
Anak-anak yang digunakan disebut menempuh perjalanan yang dimaksud terpencil dengan bertelanjang kaki dan juga juga pakaian seadanya.”Mereka enggak ada sepatu. Jalan kaki tanpa alas kaki kan enggak ada sepatunya, dengan jarak tempuh kurang tambahan tinggi satu jam dari rumah ke sekolah,” ujar Refol.
“Kita juga enggak tahu itu di dalam area hutan itu merek lewat apakah ketusuk kayu atau kena batu. Sampai saya kaget kok ini merah lalu juga bengkak. Katanya tertusuk kayu. Saya bilang jangan dulu sekolah, kamu pergi berobat dulu,” imbuhnya.
Refol lalu kedua guru lainnya tak belaka banyak membantu pembelajaran, tetapi juga termasuk dalam upaya menangani kebutuhan gizi anak-anak.
Sebab, anak-anak pada dalam sana masuk ke dalam daftar kasus stunting terparah dalam dalam Indonesia pada tahun 2022 lalu.
Oleh oleh sebab itu itu, Refol juga mencoba untuk membantu pemenuhan gizi anak-anak dalam tempat sana dengan menghasilkan peternakan ikan kecil. Ia rela menyisihkan sebagian besar tabungannya cuma untuk memenuhi kebutuhan pangan pada sana.
Anak-anak pada sana sering kali kelaparan dikarenakan hanya saja belaka makan ubi atau singkong yang mana hanya sekali hanya berukuran kepalan tangan orang dewasa. Bahkan untuk makan malam pun, merek hampir tak pernah.
Di tengah segala keterbatasan yang dimaksud ada, anak-anak dalam sana juga harus memikul tanggung jawab yang dimaksud dimaksud amat berat. Selain perjuangan merek itu demi mendapatkan secercah sekolah yang tersebut digunakan layak, dia itu juga harus berjuang untuk menghidupi diri merekan sendiri.
Hal ini lantaran dia itu datang dari kampung yang dimaksud mana sangat sangat lalu harus tinggal di dalam dalam rumah orang yang dimaksud digunakan berlokasi dalam dekat sekolah.
“Mereka kadang juga saya kasih PR dengan harapan biar ada waktu untuk belajar pada area rumah. Tapi besoknya ga dikerjain oleh sebab itu katanya disuruh bantu, ke kebun, cari kayu, lalu masakin makanan babi,” kata Refol.
Kendati demikian, semangat dan juga juga antusiasme merekan dalam mencari ilmu patut diacungkan jempol walau harus melewati banyaknya rintangan yang tersebut dimaksud ada.
Sahabat baik, Anda dapat membantu meringankan hidup anak-anak di dalam area pedalaman Papua melalui donasi pada Berbuatbaik.id sekarang juga.
Seluruh donasi akan diberikan ke penerima 100 persen tanpa potongan. Jika berminat, Sahabat Baik juga mampu bergabung sebagai relawan #SahabatBaik. Begitu juga jika ingin mendaftarkan komunitasnya pada kampanye seperti ini.
Bagi Anda yang mana sudah menyalurkan bantuan akan mendapatkan notifikasi yang digunakan mana memuat informasi terkini dari para penerima donasi.
Sama seperti Refol lalu guru-guru dalam tempat Taman Baca Nogba, Tolikara, Anda bukan perlu tunggu menjadi orang hebat untuk berbuat baik kepada orang lain. Ayo tebarkan kebaikan lalu bantu merek yang tersebut membutuhkan mulai sekarang.